Indonesia's History,A Superpower from Asia

Sudah lazim orang menganggap Amerika satu superpower, sekurang-kurangnya superpower militer. Akan tetapi Emmanuel Todd, seorang pakar ilmu pengetahuan Perancis berpendapat lain. Bukunya. yang berjudul Apres l’empire. Essai sur la decomposition du systeme Americain (Editions Gallimard, Paris 2002) telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dalam versinya yang bahasa Jerman, yaitu Weltmacht USA, ein Nachruf yang telah diterbitkan Piper Verlag GmbH, Munchen pada tahun 2003, Emmanuel Todd menulis bahwa Amerika bukan superpower , baik dalam ekonomi maupun militer.. Tentang ekonomi cukup disampaikan di sini bahwa Todd menilai besarnya ketergantungan Amerika kepada bangsa-bangsa lain dalam berbagai aspek ekonomi sebagai indikasi bahwa Amerika bukan satu superpower ekonomi yang mengungguli ekonomi dunia.

Untuk membahas pandangan Todd bahwa Amerika bukan superpower militer perlu kita telaah pokok-pokok argumentasi Todd. Ia mengatakan bahwa bangsa Amerika mempunyai kelemahan struktural dalam bidang militer. Dalam sejarahnya bangsa Amerika tidak pernah beradu kekuatan dengan musuh yang sama kekuatannya. Dimulai dengan perangnya yang asimmetris dengan suku-suku Indian. Juga dalam Perang Dunia II AS berhadapan dengan Jerman yang tinggal runtuh karena pukulan berat oleh tentara Uni Soviet. Setelah melakukan pendaratan di Normandie Amerika melakukan operasi militer yang tidak seimbang dengan keunggulannya dalam material dan jumlah manusia. Todd mengemukakan pendapat Liddell Hart, pakar strategi dan sejarah militer Inggeris, yang mengatakan betapa lambat dan birokratis cara bergeraknya tentara AS di darat. Keunggulan Amerika di laut dan udara memang sangat besar sebagai hasil kekuatan industrinya. Setelah memenangkan pertempuran laut Midway, perang AS lawan Jepang mirip perangnya dengan Indian. Keunggulan material dan logistik AS terlalu besar dan Jepang tidak mampu mengimbanginya. Akan tetapi lain halnya operasinya di darat. Setelah Perang Dunia II tampak jelas bahwa kekuatan darat Amerika kurang mampu untuk memenangkan perang. Di Korea keberhasilan hanya separoh, sedangkan di Vietnam gagal sama sekali. Padahal AS menghadapi negara yang kecil dan jauh lebih rendah kemampuan industrinya.

Dalam tahun-tahun akhir ini AS mengembangkan konsep perang yang tidak atau seminimal mungkin mengakibatkan korban mati bagi orang Amerika. Cara berpikir demikian berakibat bahwa kemampuan operasi darat makin kurang dapat diandalkan. Sebab dalam operasi darat sukar untuk menghindari perjumpaan langsung dengan kekuatan lawan. Konsep AS tersebut didasarkan keunggulan teknologinya yang hendak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Konsep itu. mengutamakan serangan udara yang bertujuan menghancurkan perlawanan musuh melalui pemboman udara dan pukulan dengan peluru kendali. Teknologi precision guided munition (PGM) memungkinkan penembakan peluru kendali dengan perkenaan tepat pada jarak jauh. Di samping itu dikembangkan smart bombs atau bom yang perkenaannya tepat. Sedangkan untuk penentuan sasaran digunakan remote sensing atau peninjauan saksama ke seluruh wilayah dengan memanfaatkan satelit udara. Dilengkapi dengan aksi intelijen manusia yang dilengkapi sarana komunikasi untuk memungkinkan laporan instant dan dilanjutkan oleh serangan udara seketika. Dengan cara demikian diperkirakan bahwa musuh dapat dihancurkan dalam waktu tidak lama oleh serangan udara tanpa penggunaan kekuatan darat. Setelah musuh dihancurkan baru tentara darat bergerak ke daerah musuh untuk mengkonsolidasi kemenangan.. Cara demikian diharapkan akan mengakibatkan korban minimal pada tentara AS.. Akan tetapi konsep ini akan sukar dilaksanakan apabila musuh mempunyai kemampuan pertahanan udara yang efektif, kata Todd. Oleh sebab itu AS hanya akan berperang kalau menghadapi pihak lain yang lemah dan terbatas kekuatan militernya, terutama pertahanan udaranya.

Untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa AS masih kuat dan kuasa diadakan penempatan pasukan AS dalam jumlah besar di luar negeri, antara lain di Jerman 60.053, Jepang 41.257, Korea Selatan 35.663, Italia 11.677, Inggeris 11.379, di Spanyol 3.575. Selain itu di daerah Balkan ada 13.774 dan di Timur Tengah 9.956 orang. Namun untuk mengadakan operasi militer AS tidak mempunyai kemampuan kongkrit yang sesuai dengan potensinya. Memang kapal-kapal induk AS (aircraft carrier) mampu bergerak leluasa di lautan dunia. Hal ini merupakan projection of power yang penting bagi supremasi politik. Akan tetapi karena kurang kesediaan mengoperasikan kekuatan darat, maka AS kurang sanggup mengadakan konfrontasi militer terhadap lawan yang kekuatan militernya cukup besar. dan hanya bertindak terhadap pihak lain yang diyakini lemah. .

Sikap AS yang keras terhadap Islam oleh Todd dijelaskan sebagai berikut :
adanya pertentangan ideologi setelah komunisme kalah;
untuk menguasai minyak Timur Tengah yang dihuni penduduk mayoritas Islam;
akan tetapi terutama karena dunia Islam secara militer lemah;
dan sebagai demonstrasi kekuasaan strategi AS secara murah dan relatif aman.

Demikianlah pokok-pokok argumentasi Todd bahwa AS bukan superpower militer.

Adalah benar bahwa setelah Perang Dunia II selalu negara kecil atau yang belum berkembang yang menjadi sasaran perang AS. Tidak pernah langsung dengan Uni Soviet. Mulai dengan Korea Utara, kemudian Vietnam yang semua kurang kongkrit hasilnya. Kemudian serangan ke Panama untuk menangkap presidennya. Perang Teluk I hanya dibatasi pada pembebasan Kuwait dan tidak dilanjutkan dengan menaklukkan Irak. Serangan ke Afghanistan sesuai konsep baru karena lawan tidak ada kemampuan pertahanan udara. Kekuatan darat AS baru digerakkan setelah pasukan Afghanistan yang melawan Taliban, yaitu pasukan Northern Alliance, lebih dulu bergerak masuk. Toh hingga kini AS belum berhasil melikuidasi Osama bin Laden dan Al Qaeda, padahal itu yang menjadi tujuan serangan ke Afghanistan. Serangan ke Irak baru dilakukan setelah Irak setengah melucuti diri sendiri, yaitu menuruti kehendak PBB untuk menghancurkan semua senjata besar. Sekalipun nampaknya Irak dapat dikalahkan dengan melakukan konsep perang baru, namun hingga sekarang AS belum dapat menguasai negara itu. AS kewalahan menghadapi serangan gerilya pihak Irak sehingga minta bantuan tentara negara-negara lain. Panglima Tentara AS di Irak mengakui bahwa setiap hari rata-rata ada 15 kali gangguan atau serangan dari pihak Irak yang membahayakan anggotanya.

Kekurangmampuan AS menghadapi negara yang agak kuat militernya tampak dalam masalah Korea Utara dewasa ini. AS menyerang Irak dengan alasan negara itu menyembunyikan senjata destruksi missal, tetapi tuduhan itu hingga sekarang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Sebaliknya Korea Utara secara terang-terangan mengatakan bahwa ia memiliki senjata nuklir.. Kalau AS benar-benar konsekuen sikapnya ia harus juga menyerang Korea Utara yang sejak semula ia namakan Poros Kejahatan bersama Irak dan Iran. Akan tetapi Korea Utara secara militer tidak dapat dianggap lemah. Korea Utara tidak mau melucuti senjata nuklirnya sebelum AS menyatakan tidak akan menyerangnya. Ia mengancam, kalau sampai AS menyerang, Korea Utara akan mengadakan pembalasan setimpal. Pasukan AS di Korea Selatan dan Jepang dapat menjadi sasaran untuk serangan balas Korea Utara. Sikap Korea Utara itu mungkin semacam gertak sambal, tetapi nyatanya hingga kini AS tidak menyerangnya. Berbeda sekali dengan sikap AS terhadap Irak.

Dengan gambaran itu memang Amerika tidak semampu atau sekuat kita perkirakan . Nampaknya penilaian Emmanuel Todd benar bahwa AS bukan satu superpower militer . Namun karena sikap AS yang hegemonistik, maka kekuatannya menjadi ancaman bagi negara-negara yang kurang kuat militernya. Hal ini mendorong negara kecil mempersenjatai diri untuk tidak dinilai lemah, bahkan kalau perlu dengan senjata nuklir. Itulah yang sekarang dilakukan Iran untuk mencegah serangan ASKekuatan militer Indonesia adalah salahsatu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.

1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.

Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat “Trikora” di Yogyakarta, dan isinya adalah:
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.

Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.

Kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah salahsatu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia.(kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton).

Angkatan udara Indonesia juga menjadi salahsatu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari :
1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 30 pesawat MiG-15.
3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
4. 10 pesawat supersonic MiG-19.

Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salahsatu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang.
Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.

Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.

Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.

Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.

Ini semua membuat Indonesia menjadi salasahtu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment